Lectio Divina, the diligent reading of Sacred Scripture accompanied by prayer brings about that intimate dialogue in which the person reading hears God who is speaking, and in praying, responds to him with trusting openness of heart.(cf.Dei Verbum, 25)

Jumat, 17 September 2010

Yesus Mempersatukan Murid, Laki-laki dan Perempuan

Bacaan 1 Kor. 15:12.16-20
Saudara-saudara, jika kami wartakan bahwa Kristus dibangkitkan dari antara orang mati, bagaimana mungkin ada di antara kamu yang mengatakan bahwa tidak ada kebangkitan orang mati? Kalau tidak ada kebangkitan orang mati, maka Kristus juga tidak dibangkitkan. Dan andaikata Kristus tidak dibangkitkan, sia-sialah pewartaan kami, dan sia-sialah pula kepercayaanmu. Apalagi andaikata demikian, kami ternyata berdusta terhadap Allah, karena tentang Dia kami katakan, bahwa Ia telah membangkitkan Kristus, padahal Ia tidak membangkitkan-Nya, andaikata benar bahwa orang mati tidak dibangkitkan. Sebab andaikata benar bahwa orang mati tidak dibangkitkan, maka Kristus juga tidak dibangkitkan. Dan andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaanmu dan kamu masih hidup dalam dosamu. Dengan demikian binasa pulalah orang-prang yang meninggal dalam Kristus. Dan jikalau kita berharap pada Kristus hanya dalam hidup ini, maka kita ini orang-orang yang paling malang dari semua manusia. Namun, ternyata Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati sebagai yang sulung dari antara orang-orang yang telah meninggal dunia.

Injil: Luk. 8:1-3
Yesus berkeliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa memberitakan Injil Kerajaan Allah. Kedua belas murid menyertai Dia, dan juga beberapa wanita, yang telah disembuhkan-Nya dari roh-roh jahat serta berbagai macam penyakit, selalu menyertai Dia. Para wanita itu ialah: Maria yang disebut Magdalena, yang telah dibebaskan dari tujuh setan; Yohana, isteri Khuza, bendahara Herodes, Susana dan masih banyak lagi yang lain. Wanita-wanita itu melayani seluruh rombongan dengan harta kekayaan mereka.

Meditasi
"juga beberapa wanita, yang telah disembuhkan-Nya dari roh-roh jahat serta berbagai macam penyakit, selalu menyertai Dia". Biasanya, kalau kita berbicara tentang siapakah para murid Yesus, asosiasi kita selalu tertuju hanya pada 12 murid yang kesemuanya laki-laki. Namun, bacaan Injil sekarang ini memberikan kita perspektif lain (meski sebenarnya tidak baru) dalam memandang siapakah para murid yang menyertai Dia. Mereka adalah juga para wanita. Berbeda dengan kisah panggilan 12 murid, para murid wanita ini dipanggil secara berbeda. Mereka adalah orang-orang yang disembuhkan oleh Yesus, menyertai dan akhirnya ikut serta melayani Dia. Mereka disentuh oleh kasih Tuhan sendiri secara personal, dibebaskan dari segala dosa dan diselamatkan. Karena itu, mereka dengan segala kepunyaan dan hartanya menyertai dan melayani Dia. Setelah disembuhkan/dikasihi mereka ganti menyertai Yesus. Yesus membutuhkan pelayanan dan penyertaan para murid, wanita dan laki-laki di dalam karya-karyaNya. Ia tidak bekerja sendiri. Ia menyatukan laki-laki dan wanita dalam perannya masing-masing. Maka menjadi renungan bagi kita, apakah kasih yang kita terima dari Tuhan menggerakkan kita untuk melayani Tuhan dengan segala harta dan kepunyaan kita. Apakah kita mampu bekerjasama, laki-laki dan perempuan, sebagai sesama murid Tuhan? 
Allah gerakkanlah hati kami untuk semakin mencintai Yesus dan menyertaiNya dalam karya-karyaNya di dunia ini, dengan bekerja sama satu dengan yang lain, di dalam GerejaMu. Amin

Kamis, 16 September 2010

Mempersembahkan Yang Paling Berharga
Pw. St. Kornelius dan St. Siprianus


St. Cornelius
Bacaan 1: 1Kor 15:1-11
Dan sekarang, saudara-saudara, aku mau mengingatkan kamu kepada Injil yang aku beritakan kepadamu dan yang kamu terima, dan yang di dalamnya kamu teguh berdiri. Oleh Injil itu kamu diselamatkan, asal kamu teguh berpegang padanya, seperti yang telah kuberitakan kepadamu?kecuali kalau kamu telah sia-sia saja menjadi percaya. Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci; bahwa Ia telah menampakkan diri kepada Kefas dan kemudian kepada kedua belas murid-Nya. Sesudah itu Ia menampakkan diri kepada lebih dari lima ratus saudara sekaligus; kebanyakan dari mereka masih hidup sampai sekarang, tetapi beberapa di antaranya telah meninggal. Selanjutnya Ia menampakkan diri kepada Yakobus, kemudian kepada semua rasul.Dan yang paling akhir dari semuanya Ia menampakkan diri juga kepadaku, sama seperti kepada anak yang lahir sebelum waktunya. Karena aku adalah yang paling hina dari semua rasul, sebab aku telah menganiaya Jemaat Allah. Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku. Sebab itu, baik aku, maupun mereka, demikianlah kami mengajar dan demikianlah kamu menjadi percaya.

St. Cyprian
Injil Luk 7:36-50
Seorang Farisi mengundang Yesus untuk datang makan di rumahnya. Yesus datang ke rumah orang Farisi itu, lalu duduk makan. Di kota itu ada seorang perempuan yang terkenal sebagai seorang berdosa. Ketika perempuan itu mendengar, bahwa Yesus sedang makan di rumah orang Farisi itu, datanglah ia membawa sebuah buli-buli pualam berisi minyak wangi. Sambil menangis ia pergi berdiri di belakang Yesus dekat kaki-Nya, lalu membasahi kaki-Nya itu dengan air matanya dan menyekanya dengan rambutnya, kemudian ia mencium kaki-Nya dan meminyakinya dengan minyak wangi itu. Ketika orang Farisi yang mengundang Yesus melihat hal itu, ia berkata dalam hatinya: "Jika Ia ini nabi, tentu Ia tahu, siapakah dan orang apakah perempuan yang menjamah-Nya ini; tentu Ia tahu, bahwa perempuan itu adalah seorang berdosa." Lalu Yesus berkata kepadanya: "Simon, ada yang hendak Kukatakan kepadamu." Sahut Simon: "Katakanlah, Guru." "Ada dua orang yang berhutang kepada seorang pelepas uang. Yang seorang berhutang lima ratus dinar, yang lain lima puluh. Karena mereka tidak sanggup membayar, maka ia menghapuskan hutang kedua orang itu. Siapakah di antara mereka yang akan terlebih mengasihi dia?" Jawab Simon: "Aku kira dia yang paling banyak dihapuskan hutangnya." Kata Yesus kepadanya: "Betul pendapatmu itu." Dan sambil berpaling kepada perempuan itu, Ia berkata kepada Simon: "Engkau lihat perempuan ini? Aku masuk ke rumahmu, namun engkau tidak memberikan Aku air untuk membasuh kaki-Ku, tetapi dia membasahi kaki-Ku dengan air mata dan menyekanya dengan rambutnya. Engkau tidak mencium Aku, tetapi sejak Aku masuk ia tiada henti-hentinya mencium kaki-Ku. Engkau tidak meminyaki kepala-Ku dengan minyak, tetapi dia meminyaki kaki-Ku dengan minyak wangi. Sebab itu Aku berkata kepadamu: Dosanya yang banyak itu telah diampuni, sebab ia telah banyak berbuat kasih. Tetapi orang yang sedikit diampuni, sedikit juga ia berbuat kasih." Lalu Ia berkata kepada perempuan itu: "Dosamu telah diampuni." Dan mereka, yang duduk makan bersama Dia, berpikir dalam hati mereka: "Siapakah Ia ini, sehingga Ia dapat mengampuni dosa?" Tetapi Yesus berkata kepada perempuan itu: "Imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah dengan selamat!"

Meditasi
Orang Farisi merasa dirinya paling benar dan paling tidak berdosa. Maka, orang Farisi tidak membutuhkan pengampunan. Di dalam benak mereka, pengampunan hanyalah milik para pendosa, seperti wanita yang mendatangi Yesus itu. Wanita berdosa itu datang pada Yesus, membawa segala milik yang paling berharga yaitu minyak dan seluruh kehormatan hidupnya, yaitu rambut dan air matanya untuk dipersembahkan kepada Yesus. Wanita berdosa ini merasakan syukur yang begitu luar biasa karena Tuhan telah mengampuni mereka. Seperti kata perumpamaan Yesus itu, bahwa orang yang utangnya begitu besar, dosanya begitu banyak dan akhirnya dihapuskan oleh Yesus akan merasakan kegembiraan dan syukur yang mendalam. Karena kegembiraan dan syukurnya yang mendalam ini, orang tidak segan memberikan miliknya yang paling berharga, sehingga hidupnya sungguh-sungguh diberikan kepada Allah, sungguh-sungguh selamat.
Tuhan, syukurku kuhunjukkan padaMu karena Engkau mau menghapus dosa-dosaku, menyelamatkan aku. Berikanlah aku hati yang rela untuk mempersembahkan hidupku yang paling berharga ini hanya untukMu. Semoga segala jerih lelah yang mengeluarkan air mata dan kesukaan yang mengindahkan rambutku hanya kuberikan kepadaMu. Amin

Rabu,15 September 2010

Maria, Bunda yang Setia dalam Penderitaan
Pw. Maria Bunda yang Berdukacita
"Mater Dolorosa"
Artist: Chris Gollon; Subject: Study for Stations of the Cross; Year of Work: 2005; Media: silk-screen; Size: 28" x 22"
http://www.iapfineart.com/Chris_Gollon/Mater_Dolorosa.html


Bacaan 1: Ibr 5:7-9
Saudara-saudara, dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan. Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya, dan sesudah Ia mencapai kesempurnaan-Nya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya.

Injil: Luk. 2:33-35
Bapa serta ibu-Nya amat heran akan segala apa yang dikatakan tentang Dia. Lalu Simeon memberkati mereka dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu: "Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri, supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang."


Meditasi:
Hari-hari ini, kesetiaan nampaknya hal yang jarang kita jumpai. Apalagi, kesetiaan yang tidak menghasilkan hal yang menyenangkan. Namun, sehari sesudah pesta Salib Suci, kita dipertemukan dengan sesosok manusia, yang seluruh hidupnya setia di dalam segala penderitaan, Ibu Maria. "Suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri, supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang". Kutipan ini merupakan salah satu dari Sapta Duka Maria. Maria menjadi teladan bagi kita, figur orang yang dengan segala ketaatan dan kerelaan berpartisipasi pada karya Allah. Partisipasi Maria itu disertai dengan konsekuensi yang tidak mudah, menderita. Maria tahu bahwa mendukung Puteranya berarti siap menderita. Namun, konsekuensi itu tidak menyurutkan hati Maria. Ia adalah orang yang melaksanakan sabda Tuhan sendiri, "Barangsiapa tidak memanggul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku". Lalu, apa partisipasiku pada karya Yesus? Apa penderitaanku, salibku, karena menjadi murid-Nya yang berpartisipasi pada karya-Nya. Seberapa setiakah aku menanggung semuanya itu? Semoga Tuhan menguatkan aku. Amin.

Selasa, 14 September 2010

Salib Kerendahan Hati
Pesta Salib Suci


Bacaan 1: Bil 21:4b-9
Setelah mereka berangkat dari gunung Hor, berjalan ke arah Laut Teberau untuk mengelilingi tanah Edom, maka bangsa itu tidak dapat lagi menahan hati di tengah jalan. Lalu mereka berkata-kata melawan Allah dan Musa: "Mengapa kamu memimpin kami keluar dari Mesir? Supaya kami mati di padang gurun ini? Sebab di sini tidak ada roti dan tidak ada air, dan akan makanan hambar ini kami telah muak." Lalu TUHAN menyuruh ular-ular tedung ke antara bangsa itu, yang memagut mereka, sehingga banyak dari orang Israel yang mati. Kemudian datanglah bangsa itu mendapatkan Musa dan berkata: "Kami telah berdosa, sebab kami berkata-kata melawan TUHAN dan engkau; berdoalah kepada TUHAN, supaya dijauhkan-Nya ular-ular ini dari pada kami." Lalu Musa berdoa untuk bangsa itu. Maka berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Buatlah ular tedung dan taruhlah itu pada sebuah tiang; maka setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap hidup." Lalu Musa membuat ular tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang; maka jika seseorang dipagut ular, dan ia memandang kepada ular tembaga itu, tetaplah ia hidup.

Bacaan 2: Flp 2:6-11
Saudara-saudara, Yesus Kristus, walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!

Injil Yoh 3:13-17
Dalam percakapan-NYa dengan Nikodemus, Yesus berkata, "Tidak ada seorangpun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia. Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal. Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia".

Renungan
Salib adalah lambang kesengsaraan dan penderitaan Tuhan. Tak hanya itu, dalam salib juga termaktub segala pendertiaan dan kesengsaraan manusia. Penderitaan dan kesengsaraan yang kita alami dapat membuat kita putus asa. Bahkan, tak jarang kita memprotes Tuhan karena penderitaan kita. Bentuk protes itu bisa jadi terang-terangan, namun juga bisa diam-diam dan tersembunyi di dalam lubuk hati kita sendiri. Namun, dengan memandang dan merenungkan salib, sebenarnya kita dikuatkan oleh Tuhan sendiri. Ia yang adalah Sang Maha Kuasa, mau turun menjadi manusia dalam diri Kristus, bahkan memanggul segala kesengsaraan manusia dalam salib. Apa yang telah Kristus lakukan untuk kita membawa kita kepada kemenangan yang penuh harapan. Maka, di dalam segala penderitaan kita dikuatkan untuk berani memanggulnya dan salib mestinya mendidik kita untuk rendah hati karena Allah-lah yang menguatkan kita memanggulnya. Segala penderitaan yang kita alami bukan membuat kita putus asa. Penderitaan mestinya mendidik kita semakin rendah hati di hadapan sesama dan Allah. Terpujilah Allah sepanjang masa! Amin.