Lectio Divina, the diligent reading of Sacred Scripture accompanied by prayer brings about that intimate dialogue in which the person reading hears God who is speaking, and in praying, responds to him with trusting openness of heart.(cf.Dei Verbum, 25)

Selasa, 14 September 2010

Salib Kerendahan Hati
Pesta Salib Suci


Bacaan 1: Bil 21:4b-9
Setelah mereka berangkat dari gunung Hor, berjalan ke arah Laut Teberau untuk mengelilingi tanah Edom, maka bangsa itu tidak dapat lagi menahan hati di tengah jalan. Lalu mereka berkata-kata melawan Allah dan Musa: "Mengapa kamu memimpin kami keluar dari Mesir? Supaya kami mati di padang gurun ini? Sebab di sini tidak ada roti dan tidak ada air, dan akan makanan hambar ini kami telah muak." Lalu TUHAN menyuruh ular-ular tedung ke antara bangsa itu, yang memagut mereka, sehingga banyak dari orang Israel yang mati. Kemudian datanglah bangsa itu mendapatkan Musa dan berkata: "Kami telah berdosa, sebab kami berkata-kata melawan TUHAN dan engkau; berdoalah kepada TUHAN, supaya dijauhkan-Nya ular-ular ini dari pada kami." Lalu Musa berdoa untuk bangsa itu. Maka berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Buatlah ular tedung dan taruhlah itu pada sebuah tiang; maka setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap hidup." Lalu Musa membuat ular tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang; maka jika seseorang dipagut ular, dan ia memandang kepada ular tembaga itu, tetaplah ia hidup.

Bacaan 2: Flp 2:6-11
Saudara-saudara, Yesus Kristus, walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!

Injil Yoh 3:13-17
Dalam percakapan-NYa dengan Nikodemus, Yesus berkata, "Tidak ada seorangpun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia. Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal. Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia".

Renungan
Salib adalah lambang kesengsaraan dan penderitaan Tuhan. Tak hanya itu, dalam salib juga termaktub segala pendertiaan dan kesengsaraan manusia. Penderitaan dan kesengsaraan yang kita alami dapat membuat kita putus asa. Bahkan, tak jarang kita memprotes Tuhan karena penderitaan kita. Bentuk protes itu bisa jadi terang-terangan, namun juga bisa diam-diam dan tersembunyi di dalam lubuk hati kita sendiri. Namun, dengan memandang dan merenungkan salib, sebenarnya kita dikuatkan oleh Tuhan sendiri. Ia yang adalah Sang Maha Kuasa, mau turun menjadi manusia dalam diri Kristus, bahkan memanggul segala kesengsaraan manusia dalam salib. Apa yang telah Kristus lakukan untuk kita membawa kita kepada kemenangan yang penuh harapan. Maka, di dalam segala penderitaan kita dikuatkan untuk berani memanggulnya dan salib mestinya mendidik kita untuk rendah hati karena Allah-lah yang menguatkan kita memanggulnya. Segala penderitaan yang kita alami bukan membuat kita putus asa. Penderitaan mestinya mendidik kita semakin rendah hati di hadapan sesama dan Allah. Terpujilah Allah sepanjang masa! Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar