Lectio Divina, the diligent reading of Sacred Scripture accompanied by prayer brings about that intimate dialogue in which the person reading hears God who is speaking, and in praying, responds to him with trusting openness of heart.(cf.Dei Verbum, 25)

Jumat, 13 Agustus 2010

Hidupilah Panggilan Masing-Masing




Bacaan 1: Yeh 16:1-15,60,63
Lalu datanglah firman TUHAN kepadaku: "Hai anak manusia, beritahukanlah kepada Yerusalem perbuatan-perbuatannya yang keji dan katakanlah: Beginilah firman Tuhan ALLAH kepada Yerusalem: Asalmu dan kelahiranmu ialah dari tanah Kanaan; ayahmu ialah orang Amori dan ibumu orang Heti. Kelahiranmu begini: Waktu engkau dilahirkan, pusatmu tidak dipotong dan engkau tidak dibasuh dengan air supaya bersih; juga dengan garampun engkau tidak digosok atau dibedungi dengan lampin. Tidak seorangpun merasa sayang kepadamu sehingga diperbuatnya hal-hal itu kepadamu dari rasa belas kasihan; malahan engkau dibuang ke ladang, oleh karena orang pandang enteng kepadamu pada hari lahirmu. Maka Aku lalu dari situ dan Kulihat engkau menendang-nendang dengan kakimu sambil berlumuran darah dan Aku berkata kepadamu dalam keadaan berlumuran darah itu: Engkau harus hidup dan jadilah besar seperti tumbuh-tumbuhan di ladang! Engkau menjadi besar dan sudah cukup umur, bahkan sudah sampai pada masa mudamu. Maka buah dadamu sudah montok, rambutmu sudah tumbuh, tetapi engkau dalam keadaan telanjang bugil. Maka Aku lalu dari situ dan Aku melihat engkau, sungguh, engkau sudah sampai pada masa cinta berahi. Aku menghamparkan kain-Ku kepadamu dan menutupi auratmu. Dengan sumpah Aku mengadakan perjanjian dengan engkau, demikianlah firman Tuhan ALLAH, dan dengan itu engkau Aku punya. Aku membasuh engkau dengan air untuk membersihkan darahmu dari padamu dan Aku mengurapi engkau dengan minyak. Aku mengenakan pakaian berwarna-warna kepadamu dan memberikan engkau sandal-sandal dari kulit lumba-lumba dan tutup kepala dari lenan halus dan selendang dari sutera. Dan Aku menghiasi engkau dengan perhiasan-perhiasan dan mengenakan gelang pada tanganmu dan kalung pada lehermu. Dan Aku mengenakan anting-anting pada hidungmu dan anting-anting pada telingamu dan mahkota kemuliaan di atas kepalamu. Dengan demikian engkau menghias dirimu dengan emas dan perak, pakaianmu lenan halus dan sutera dan kain berwarna-warna; makananmu ialah tepung yang terbaik, madu dan minyak dan engkau menjadi sangat cantik, sehingga layak menjadi ratu. Dan namamu termasyhur di antara bangsa-bangsa karena kecantikanmu, sebab sangat sempurna adanya, oleh karena semarak perhiasan-Ku yang Kuberikan kepadamu, demikianlah firman Tuhan ALLAH." "Tetapi engkau mengandalkan kecantikanmu dan engkau seumpama bersundal dalam menganggarkan ketermasyhuranmu dan engkau menghamburkan persundalanmu kepada setiap orang yang lewat. Tetapi Aku akan mengingat perjanjian-Ku dengan engkau pada masa mudamu dan Aku akan meneguhkan bagimu perjanjian yang kekal; dan dengan itu engkau akan teringat-ingat yang dulu dan merasa malu, sehingga mulutmu terkatup sama sekali karena nodamu, waktu Aku mengadakan pendamaian bagimu karena segala perbuatanmu, demikianlah firman Tuhan ALLAH."


Injil:Mat 19:3-12
Maka datanglah orang-orang Farisi kepada-Nya untuk mencobai Dia. Mereka bertanya: "Apakah diperbolehkan orang menceraikan isterinya dengan alasan apa saja?" Jawab Yesus: "Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan? Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia." Kata mereka kepada-Nya: "Jika demikian, apakah sebabnya Musa memerintahkan untuk memberikan surat cerai jika orang menceraikan isterinya?" Kata Yesus kepada mereka: "Karena ketegaran hatimu Musa mengizinkan kamu menceraikan isterimu, tetapi sejak semula tidaklah demikian. Tetapi Aku berkata kepadamu: Barangsiapa menceraikan isterinya, kecuali karena zinah, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah." Murid-murid itu berkata kepada-Nya: "Jika demikian halnya hubungan antara suami dan isteri, lebih baik jangan kawin." Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: "Tidak semua orang dapat mengerti perkataan itu, hanya mereka yang dikaruniai saja. Ada orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim ibunya, dan ada orang yang dijadikan demikian oleh orang lain, dan ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Sorga. Siapa yang dapat mengerti hendaklah ia mengerti."


Renungan:
Hidupilah panggilan kita masing-masing. Panggilan adalah sebuah tawaran dari Allah untuk terlibat di dalam karyaNya di dunia ini. Ada orang yang dipanggil untuk membangun keluarga. Keluarga adalah tempat yang kudus dan melaluinya, orang dipanggil untuk mewartakan kekudusan, kemuliaan dan kebahagiaan Allah dalam hidup bermasyarakat. Keluarga merupakan landasan dan titik pangkal hidup Gereja maupun hidup orang di dunia ini. Keluarga yang bahagia, sehat dan sejahtera akan menjamin masyarakat yang bahagia, sehat dan sejahtera. Keluarga yang sakit dan menderita membuat masyarakat juga makin menderita. Sementara itu, ada orang yang menanggapi tawaran Allah itu melalui hidup selibat, demi Kerajaan Allah. Mereka ada yang berkarya sebagai imam, bruder, suster, biarawan dan biarawati. Hidup mereka dibaktikan sepenuhnya demi Gereja dan kesejahteraan dunia. Ada pula orang yang memang hidup selibat namun tidak terikat oleh institusi Gerejawi. Mereka pun terlibat di dalam karya Allah menyelamatkan dan mensejahterakan masyarakat manusia ini. Maka, kalau setiap orang menghidupi panggilannya masing-masing dengan setia dan tekun, niscaya Kerajaan Allah akan hadir di dunia ini.

Kamis, 12 Agustus 2010



Hal Mengampuni
Bukankah engkaupun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau?



Bacaan 1: Yeh 12:1-12
Lalu datanglah firman TUHAN kepadaku: "Hai anak manusia, engkau tinggal di tengah-tengah kaum pemberontak, yang mempunyai mata untuk melihat, tetapi tidak melihat dan mempunyai telinga untuk mendengar, tetapi tidak mendengar, sebab mereka adalah kaum pemberontak.Maka engkau, anak manusia, sediakanlah bagimu barang-barang seorang buangan dan berjalanlah seperti seorang buangan pada siang hari di hadapan mata mereka; pergilah dari tempatmu sekarang ke tempat yang lain seperti seorang buangan di hadapan mata mereka. Barangkali mereka akan insaf bahwa mereka adalah kaum pemberontak. Bawalah barang-barangmu itu ke luar seperti barang-barang seorang buangan pada siang hari di hadapan mata mereka; dan engkau sendiri harus keluar pada malam hari di hadapan mata mereka, seperti seorang yang harus keluar dan pergi ke pembuangan. Di hadapan mata mereka perbuatlah sebuah lobang di tembok dan keluarlah dari situ. Di hadapan mata mereka taruhlah barang-barangmu ke atas bahumu, dan bawalah itu ke luar pada malam gelap; engkau harus menutupi mukamu, sehingga engkau tidak melihat tanah; sebab Aku membuat engkau menjadi lambang bagi kaum Israel." Lalu kulakukan seperti diperintahkan kepadaku: aku membawa pada siang hari barang-barang seperti barang-barang seorang buangan dan pada malam hari aku membuat dengan tanganku sebuah lobang di tembok, pada malam gelap aku keluar dan di hadapan mata mereka aku menaruh barang-barangku ke atas bahuku. Pada hari besoknya datanglah firman TUHAN kepadaku: "Hai anak manusia, bukankah ditanya oleh kaum Israel, kaum pemberontak itu kepadamu: Apakah yang kaulakukan ini? Katakanlah kepada mereka: beginilah firman Tuhan ALLAH: Ucapan ilahi ini mengenai raja di Yerusalem dan seluruh kaum Israel yang tinggal di sana. Katakanlah: Aku menjadi lambang bagimu; seperti yang kulakukan ini begitulah akan berlaku kepada mereka: sebagai orang buangan mereka akan pergi ke pembuangan. Dan raja yang di tengah-tengah mereka akan menaruh barang-barangnya ke atas bahunya pada malam gelap dan akan pergi ke luar; orang akan membuat sebuah lobang di tembok supaya ada baginya jalan keluar; ia akan menutupi mukanya supaya ia tidak akan melihat tanah itu.

Injil: Mat 18:21-19:1
Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?" Yesus berkata kepadanya: "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali. Sebab hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya. Setelah ia mulai mengadakan perhitungan itu, dihadapkanlah kepadanya seorang yang berhutang sepuluh ribu talenta. Tetapi karena orang itu tidak mampu melunaskan hutangnya, raja itu memerintahkan supaya ia dijual beserta anak isterinya dan segala miliknya untuk pembayar hutangnya. Maka sujudlah hamba itu menyembah dia, katanya: Sabarlah dahulu, segala hutangku akan kulunaskan. Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya. Tetapi ketika hamba itu keluar, ia bertemu dengan seorang hamba lain yang berhutang seratus dinar kepadanya. Ia menangkap dan mencekik kawannya itu, katanya: Bayar hutangmu! Maka sujudlah kawannya itu dan memohon kepadanya: Sabarlah dahulu, hutangku itu akan kulunaskan. Tetapi ia menolak dan menyerahkan kawannya itu ke dalam penjara sampai dilunaskannya hutangnya. Melihat itu kawan-kawannya yang lain sangat sedih lalu menyampaikan segala yang terjadi kepada tuan mereka. Raja itu menyuruh memanggil orang itu dan berkata kepadanya: Hai hamba yang jahat, seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohonkannya kepadaku. Bukankah engkaupun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau? Maka marahlah tuannya itu dan menyerahkannya kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan seluruh hutangnya. Maka Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu." Setelah Yesus selesai dengan pengajaran-Nya itu, berangkatlah Ia dari Galilea dan tiba di daerah Yudea yang di seberang sungai Yordan.

Renungan:
"Bukankah engkaupun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau?"
Mengampuni orang yang berbuat salah kepada kita, apa susahnya? Ada orang yang memang dari sononya mudah mengampuni, namun ada pula yang memang sulit untuk berbuat semacam itu. Selain itu, ada juga peristiwa-peristiwa tertentu yang bisa dengan mudah kita maklumi dan kita ampuni, namun ada juga peristiwa-peristiwa yang membuat kita sulit mengampuninya. Itulah kurang lebih alasan-alasan yang membuat kita sulit mengampuni. Namun, lebih dari itu, dalam bacaan Injil itu Yesus tidak membeda-bedakan jenis orang maupun jenis peristiwanya. Yesus menegaskan mengampuni sampai "tujuh puluh kali tujuh kali".
Menurut saya, ini bukan soal hukum hitung-hitungan pengampunan. Ini soal keluasan dan kebesaran hati terhadap sesama kita, siapapun dia. Perumpamaan tentang hamba yang berhutang menegaskan kesulitan kita di dalam mengampuni sesama. Namun, perumpamaan itu ditutup dengan pertanyaan retoris: "Bukankah engkaupun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau?", yang jawabannya begitu jelas. Selain itu, kata mengampuni disejajarkan dengan mengasihi. Dan bukankah memang demikian, bahwa mengampuni itu pun mengasihi. 
Orang yang dapat memberikan pengampunan berarti ia mengalami kasih Allah sendiri bagi hidupnya. Ia menyadari bahwa kebesaran dan keluasan hati Allah tidak terbatas. Bahkan, Ia memberikan AnakNya sebagai silih atas perbuatan dosa manusia, tanda bahwa kasih pengampunan itu diberikan dalam keluasan dan kebesaran hati yang tidak terbatas. Kalau kita sudah diampuni, apakah kita juga tidak mengikuti kebesaran dan keluasan hati Allah? Atau, kita justru mengikuti kedegilan dan kesempitan hati kita sendiri? Itu pilihan. Terserah kita sendiri.

Rabu, 11 Agustus 2010

Demi Nama Yesus
Pesta St. Klara dari Asisi

Bacaan 1 : Yeh. 9:1-7; 10:18-22
Lalu aku mendengar Dia berseru dengan suara yang nyaring: "Maju ke mari, hai, yang harus menjalankan hukuman atas kota ini! Masing-masing dengan alat pemusnah di tangannya!" Lihat, enam orang laki-laki datang dari jurusan pintu gerbang Atas, yang menghadap ke utara, masing-masing dengan alat pemukul di tangannya. Dan satu orang di antara mereka berpakaian lenan dan di sisinya terdapat suatu alat penulis. Mereka ini masuk dan berdiri di samping mezbah tembaga. Pada saat itu kemuliaan Allah Israel sudah terangkat dari atas kerub, tempatnya semula, ke atas ambang pintu Bait Suci dan Dia memanggil orang yang berpakaian lenan dan yang mempunyai alat penulis di sisinya. Firman TUHAN kepadanya: "Berjalanlah dari tengah-tengah kota, yaitu Yerusalem dan tulislah huruf T pada dahi orang-orang yang berkeluh kesah karena segala perbuatan-perbuatan keji yang dilakukan di sana." Dan kepada yang lain-lain aku mendengar Dia berfirman: "Ikutilah dia dari belakang melalui kota itu dan pukullah sampai mati! Janganlah merasa sayang dan jangan kenal belas kasihan. Orang-orang tua, teruna-teruna dan dara-dara, anak-anak kecil dan perempuan-perempuan, bunuh dan musnahkan! Tetapi semua orang yang ditandai dengan huruf T itu, jangan singgung! Dan mulailah dari tempat kudus-Ku!" Lalu mereka mulai dengan tua-tua yang berada di hadapan Bait Suci. Kemudian firman-Nya kepada mereka: "Najiskanlah Bait Suci itu dan penuhilah pelataran-pelatarannya dengan orang-orang yang terbunuh. Pergilah!" Mereka pergi ke luar dan memukuli orang-orang sampai mati di dalam kota. Lalu kemuliaan TUHAN pergi dari ambang pintu Bait Suci dan hinggap di atas kerub-kerub. Dan kerub-kerub itu mengangkat sayap mereka, dan waktu mereka pergi, aku lihat, mereka naik dari tanah dan roda-rodanya bersama-sama dengan mereka. Lalu mereka berhenti dekat pintu gerbang rumah TUHAN yang di sebelah timur, sedang kemuliaan Allah Israel berada di atas mereka. Itulah makhluk-makhluk hidup yang dahulu kulihat di bawah Allah Israel di tepi sungai Kebar. Dan aku mengerti, bahwa mereka adalah kerub-kerub. Masing-masing mempunyai empat muka dan bagi masing-masing ada empat sayap dan di bawah sayap mereka ada yang berbentuk tangan manusia. Kelihatannya muka mereka adalah serupa dengan muka yang kulihat di tepi sungai Kebar. Masing-masing berjalan lurus ke mukanya.

Injil : Mat. 15-20
"Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali. Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan. Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga. Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga. Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka."

Renungan:
Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.  Firman Tuhan itu didahului dengan ajakan Yesus untuk menegur saudara kita yang berbuat dosa. Pertama kali dilakukan dalam empat mata. Kalau masih membandel dengan saksi. Dan terakhir di hadapkan pada seluruh jemaat. 
Secara tidak sadar, kita sangat sering emoh untuk menerima teguran/masukan/kritik dari saudara kita. Demikian juga sebaliknya, kita mungkin jarang memberikan teguran pada saudara yang berbuat dosa atau kesalahan, entah karena takut merusak relasi, karena takut diperlakukan tidak baik, takut dianggap sok suci dan sebagainya. Kalaupun kita memberikan kritikan/teguran, sering sekali kita tidak dengan tulus, entah karena ingin menutupi kelemahan diri sendiri, atau ingin memojokkan teman yang berbuat keliru itu.  Bahkan ada pula yang lebih suka menggerundel di belakang, menggosip dan membicarakan keburukan orang lain di belakangnya. Sebagai saudara seiman, kita tahu bahwa relasi seperti ini adalah relasi yang tidak sehat dan tidak dewasa.
Ajakan memberikan teguran itu tidak berhenti di situ, melaikan diteruskan dengan kata-kata "di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, Aku ada di tengah-tengah mereka. Artinya, mestinya relasi yang sehat dan dewasa di antara orang-orang sesaudara ini dibangun berdasarkan relasi kita dengan Yesus. Kalau kita menegur, mestinya menegur dalam nama Yesus,  bukan supaya aku kelihatan lebih baik dan orang lain lebih terpojok. 
Supaya seseorang dapat menjadi sedewasa ini, perlu banyak latihan, yaitu latihan mengenali suasana dan rasa dalam nama Yesus. Latihan itu tak lain semakin menyadari seberapa dalam relasiku dengan Yesus. Yesus pun menegur kita melalui berbagai macam cara. Yesus pun mengingatkan kita supaya hidup kita benar di hadapan Tuhan. Maka, relasi di antara orang-orang sesaudara dan seiman yang sehat dan dewasa, dibangun dari relasi kita dengan Yesus. Dengan demikian, teguran dan sapaan kita dilakukan hanya dalam nama Yesus semata-mata.

Selasa, 10 Agustus 2010

Mati Untuk Tumbuh Berkembang
Pesta St. Laurentius


Bacaan 1: 2 Kor. 9:6-10
Saudara-saudara yang terkasih, camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga. Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita. Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan. Seperti ada tertulis: "Ia membagi-bagikan, Ia memberikan kepada orang miskin, kebenaran-Nya tetap untuk selamanya." Ia yang menyediakan benih bagi penabur, dan roti untuk dimakan, Ia juga yang akan menyediakan benih bagi kamu dan melipatgandakannya dan menumbuhkan buah-buah kebenaranmu.

Injil: Yoh.12:24-26
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah. Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal. Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situpun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa.

Renungan:
Kisah hidup Gereja tidak seperti kisah-kisah film superhero yang selalu menang dan hidup di akhir cerita. Hidup Gereja dikembangkan oleh kematian orang-orang yang mengorbankan hidupnya bagi sesama dan Tuhan. Laurentius adalah salah satu saksi iman itu. Laurensius termasuk salah satu dari ketujuh diakon agung yang bekerja membantu Sri Paus di Roma. Oleh Paus Sixtus II (257-258), Laurensius ditugaskan mengurus harta kekayaan Gereja dan membagi-bagikan derma kepada para fakir miskin di seluruh kota Roma. Laurensius dibujuk agar secepatnya menyerahkan semua kekayaan Gereja itu kepada penguasa Roma. Dengan tenang Laurensius menjawab: "Baiklah, tuan! Dalam waktu tiga hari akan kuserahkan semua kekayaan ini kepadamu". Laurensius dibiarkan kembali ke kediamannya. Ia segera mengumpulkan orang-orang miskin dan membagi-bagikan kekayaan Gereja kepada mereka. Di bawah pimpinannya, orang-orang miskin itu berarak menuju kediaman Prefek Roma. Kepada penguasa Roma itu, Laurensius berkata: "Tuanku, inilah harta kekayaan Gereja yang saya jaga. Terimalah dan periharalah mereka dengan sebaik-baiknya." Hidup Laurentius pada gilirannya menumbuhkembangkan iman Gereja. Ia kemudian menjadi martir karena perbuatannya.
Hari ini, apakah ada di antara kita yang mau menjadi saksi iman, menjadi martir dengan lebih memilih berbagi dari pada serakah berebut kekayaan? Lebih memilih memandang kekayaan sebagai sarana memuji Allah dan mengembangkan hidup bersama? Inilah panggilan kita sebagai martir-martir zaman sekarang. Dengan berbagi, kita mati, dan Gereja semakin tumbuh berkembang.

Senin, 09 Agustus 2010

Dipanggil Menjadi Nabi

Rama Mangunwijaya, Pr


Bacaan 1 : Yeh 1:2-5, 24-2:1a
Pada tanggal lima bulan itu, yaitu tahun kelima sesudah raja Yoyakhin dibuang, datanglah firman TUHAN kepada imam Yehezkiel, anak Busi, di negeri orang Kasdim di tepi sungai Kebar, dan di sana kekuasaan TUHAN meliputi dia. Lalu aku melihat, sungguh, angin badai bertiup dari utara, dan membawa segumpal awan yang besar dengan api yang berkilat-kilat dan awan itu dikelilingi oleh sinar; di dalam, di tengah-tengah api itu kelihatan seperti suasa mengkilat. Dan di tengah-tengah itu juga ada yang menyerupai empat makhluk hidup dan beginilah kelihatannya mereka: mereka menyerupai manusia, Kalau mereka berjalan, aku mendengar suara sayapnya seperti suara air terjun yang menderu, seperti suara Yang Mahakuasa, seperti keributan laskar yang besar; kalau mereka berhenti, sayapnya dibiarkan terkulai. Maka kedengaranlah suara dari atas cakrawala yang ada di atas kepala mereka; kalau mereka berhenti, sayapnya dibiarkan terkulai.Di atas cakrawala yang ada di atas kepala mereka ada menyerupai takhta yang kelihatannya seperti permata lazurit; dan di atas yang menyerupai takhta itu ada yang kelihatan seperti rupa manusia. Dari yang menyerupai pinggangnya sampai ke atas aku lihat seperti suasa mengkilat dan seperti api yang ditudungi sekelilingnya; dan dari yang menyerupai pinggangnya sampai ke bawah aku lihat seperti api yang dikelilingi sinar. Seperti busur pelangi, yang terlihat pada musim hujan di awan-awan, demikianlah kelihatan sinar yang mengelilinginya. Begitulah kelihatan gambar kemuliaan TUHAN. Tatkala aku melihatnya aku sembah sujud, lalu kudengar suara Dia yang berfirman. Firman-Nya kepadaku: "Hai anak manusia, bangunlah dan berdiri, karena Aku hendak berbicara dengan engkau."

Injil: Mat 17:22-27
Pada waktu Yesus dan murid-murid-Nya bersama-sama di Galilea, Ia berkata kepada mereka: "Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia dan mereka akan membunuh Dia dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan." Maka hati murid-murid-Nya itupun sedih sekali. Ketika Yesus dan murid-murid-Nya tiba di Kapernaum datanglah pemungut bea Bait Allah kepada Petrus dan berkata: "Apakah gurumu tidak membayar bea dua dirham itu?" Jawabnya: "Memang membayar." Dan ketika Petrus masuk rumah, Yesus mendahuluinya dengan pertanyaan: "Apakah pendapatmu, Simon? Dari siapakah raja-raja dunia ini memungut bea dan pajak? Dari rakyatnya atau dari orang asing?" Jawab Petrus: "Dari orang asing!" Maka kata Yesus kepadanya: "Jadi bebaslah rakyatnya. Tetapi supaya jangan kita menjadi batu sandungan bagi mereka, pergilah memancing ke danau. Dan ikan pertama yang kaupancing, tangkaplah dan bukalah mulutnya, maka engkau akan menemukan mata uang empat dirham di dalamnya. Ambillah itu dan bayarkanlah kepada mereka, bagi-Ku dan bagimu juga."

Renungan:
"Hai anak manusia, bangunlah dan berdiri, karena Aku hendak berbicara dengan engkau." Begitulah firman Tuhan kepada imam Yehezkiel, yang menjadi Nabi Yehezkiel. Seorang nabi adalah orang yang mulutnya digunakan Allah untuk berfirman kepada umatNya. Untuk dapat berkata-kata dengan benar, sesuai dengan kehendak Allah, seorang nabi tidak dapat tidak mesti mengarahkan hidupnya pada hidup Allah semata. Ia mengerti apa yang dimengerti dan dikehendaki oleh Allah terhadap umatNya. Seorang nabi bagaikan soulmate-Nya Allah, sehingga dapat merasakan apa yang dirasakan oleh Allah sendiri.
Sabda itupun ditujukan lagi kepada kita, orang kristiani. Setiap orang kristiani dipanggil menjadi nabi bagi zamannya. Setiap orang kristiani dipanggil menjadi (bagaikan) soulmate-Nya Allah, yang sehati seperasaan dengan Allah. Maka, sudahkah kita selalu bertanya dan menjawab, "Apa yang dikatakan, dirasakan dan hidup di hati Allah, ketika aku berjumpa dengan berbagai pengalaman di dunia ini? Apa kehendak Allah?"

Hikmat Ekaristi

Kisah ini terjadi ketika saya masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Dari kecil, rasa ingin tahu saya cukup besar. Ketika itu saya mengikuti ekaristi hari minggu di sebuah Kapel kecil, saya selalu ingin tahu apa yang dilakukan Imam ketika memimpin ekaristi. Ketika Doa Syukur Agung, imam mengangkat piala lalu meletakkannya dan bersujud menghormatinya. Saya tidak tahu apa yang dilakukan oleh imam itu, dan saya ingin tahu. Benak saya bertanya-tanya, Apa yang sedang ia lakukan? Membuat sulapkah? Membaca mantra? Atau….apa? Dan, setelah saya dewasa saya tahu bahwa imam itu ternyata bersujud menyembah Tubuh dan Darah Kristus yang telah diberkati. Bukan membuat sulap atau membaca mantra.

Inspirasi Sabda:
"di dalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan." (Kol. 2:3)

Inspirasi Hidup:
Meski Ekaristi tidak banyak dihubungkan dengan hikmat, namun hikmat dan pengetahuan di dalam Ekaristi memberikan kita makna hidup yang luas dan dalam. Bahkan, di dalam panggilan akan pelayanan, hikmat ekaristi yang dulu tersembunyi mendorong saya untuk terus menggali lebih dalam. Dan, apa yang dulu tersembunyi, menjadi pertanyaan, kini tersingkap karena mau menanggapi tawaran Allah sendiri.

Deus Providebit

Pada suatu sore, saya sengaja berhenti di persimpangan ramai di kota Semarang dan menemui seorang nenek tua yang meminta-minta. Ketika saya datang ia sedang duduk, beristirahat. Kami mulai berbicara panjang lebar. Orangnya ramah dan nyaman diajak berbicara. Dalam pembicaraan itu, ia bercerita bahwa ia berasal dari sebuah desa, sekitar 10 km dari kota Semarang. Ia datang pagi hari dan pulang sore hari. Anaknya lima dan kelima-limanya merantau ke kota lain. Jarang ada yang pulang. Nenek itu hidup sebatang kara di rumahnya. Untuk menyambung hidup, ia pergi dari rumahnya di pagi hari, meminta-minta di jalanan dan sore hari pulang membawa uang rata-rata dua puluh sampai tiga puluh ribu. Cukup untuk ongkos makan sehari dan tak pernah ada sisa untuk hari esok. Tiap hari mengandalkan kebaikan Tuhan melalui orang lain.

Inspirasi Sabda: 
Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari. (Mat: 6:34)

Inspirasi Hidup:
Allah menjamin hidup setiap orang yang percaya kepadaNya. KasihNya jauh lebih besar dan lebih luas dari pada ratapan akan kekurangan.

Sabtu, 07 Agustus 2010

Dahsyatnya Iman Sebesar Biji Sesawi

Bacaan 1  : Hab. 1:12-24

Injil  : Mat. 17:14-20
14 Ketika Yesus dan murid-murid-Nya kembali kepada orang banyak itu, datanglah seorang mendapatkan Yesus dan menyembah, 15 katanya: "Tuhan, kasihanilah anakku. Ia sakit ayan dan sangat menderita. Ia sering jatuh ke dalam api dan juga sering ke dalam air. 16 Aku sudah membawanya kepada murid-murid-Mu, tetapi mereka tidak dapat menyembuhkannya." 17 Maka kata Yesus: "Hai kamu angkatan yang tidak percaya dan yang sesat, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu? Berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kamu? Bawalah anak itu ke mari!" 18 Dengan keras Yesus menegor dia, lalu keluarlah setan itu dari padanya dan anak itu pun sembuh seketika itu juga. 19 Kemudian murid-murid Yesus datang dan ketika mereka sendirian dengan Dia, bertanyalah mereka: "Mengapa kami tidak dapat mengusir setan itu?" 20 Ia berkata kepada mereka: "Karena kamu kurang percaya. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, -- maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu.

"sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja ... takkan ada yang mustahil bagimu". Itulah ayat yang mengesan dalam bacaan Injil hari ini. Point penting dalam kalimat ini adalah soal iman. Iman merupakan keterkaitan fundamental hidup kita terhadap Yang Ilahi. Iman bukan sekedar sebuah keyakinan rasional, melainkan sebuah relasi. Seseorang yang mempunyai iman yang teguh artinya, ia memiliki relasi yang akrab-dekat-terikat secara fundamental dan istimewa dengan Allah. 

Kemampuan Yesus mengusir setan dalam diri anak yang sakit itu, bukan karena kekuatan gaib yang dimiliki oleh Yesus. KemampuanNya muncul karena relasiNya yang akrab-dekat-terikat secara fundamental dan istimewa dengan Allah, BapaNya. Maka, di dalam Allah yang Maha Kuasa, tidak ada yang tidak mungkin terjadi, sesuai dengan kehendak Allah. 

Yang diharapkan oleh Yesus adalah kita, murid-muridNya memiliki iman sebesar biji sesawi. Biji sesawi itu biji yang amat kecil. Ukurannya kurang dari 1 cm. Meski ukurannya amat kecil, biji sesawi yang bertunas, kemudian bertumbuh dapat menjadi pohon sesawi yang amat lebat, bagaikan pohon beringin. Demikianlah, tantangan kita adalah bagaimana aku bisa memiliki relasi yang akrab-dekat-terikat secara fundamental dan istimewa dengan Allah. Relasi yang seperti itu membuat kita ada di dalam Allah. Lebih lagi, bagaimana relasi kita itu semakin lama semakin bertunas dan bertumbuh menjadi sebesar pohon sesawi yang lebat. Semoga, kita diberi rahmat yang cukup untuk semakin beriman kepada Allah. Amin

Jumat, 6 Agustus 2010

Betapa bahagianya kami berada di tempat ini. 


"Yesus membawa Petrus, Yohanes dan Yakobus, lalu naik ke atas gunung untuk berdoa. Ketika Ia sedang berdoa, rupa wajah-Nya berubah dan pakaian-Nya menjadi putih berkilau-kilauan.Dan tampaklah dua orang berbicara dengan Dia, yaitu Musa dan Elia. Keduanya menampakkan diri dalam kemuliaan dan berbicara tentang tujuan kepergian-Nya yang akan digenapi-Nya di Yerusalem. Sementara itu Petrus dan teman-temannya telah tertidur dan ketika mereka terbangun mereka melihat Yesus dalam kemuliaan-Nya: dan kedua orang yang berdiri di dekat-Nya itu. Dan ketika kedua orang itu hendak meninggalkan Yesus, Petrus berkata kepada-Nya: "Guru, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan sekarang tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia." Tetapi Petrus tidak tahu apa yang dikatakannya itu. Sementara ia berkata demikian, datanglah awan menaungi mereka. Dan ketika mereka masuk ke dalam awan itu, takutlah mereka. Maka terdengarlah suara dari dalam awan itu, yang berkata: "Inilah Anak-Ku yang Kupilih, dengarkanlah Dia." Ketika suara itu terdengar, nampaklah Yesus tinggal seorang diri. Dan murid-murid itu merahasiakannya, dan pada masa itu mereka tidak menceriterakan kepada siapa pun apa yang telah mereka lihat itu." (Luk 9:28b-36) Demikianlah Sabda Tuhan hari ini.