Lectio Divina, the diligent reading of Sacred Scripture accompanied by prayer brings about that intimate dialogue in which the person reading hears God who is speaking, and in praying, responds to him with trusting openness of heart.(cf.Dei Verbum, 25)

Rabu, 11 Agustus 2010

Demi Nama Yesus
Pesta St. Klara dari Asisi

Bacaan 1 : Yeh. 9:1-7; 10:18-22
Lalu aku mendengar Dia berseru dengan suara yang nyaring: "Maju ke mari, hai, yang harus menjalankan hukuman atas kota ini! Masing-masing dengan alat pemusnah di tangannya!" Lihat, enam orang laki-laki datang dari jurusan pintu gerbang Atas, yang menghadap ke utara, masing-masing dengan alat pemukul di tangannya. Dan satu orang di antara mereka berpakaian lenan dan di sisinya terdapat suatu alat penulis. Mereka ini masuk dan berdiri di samping mezbah tembaga. Pada saat itu kemuliaan Allah Israel sudah terangkat dari atas kerub, tempatnya semula, ke atas ambang pintu Bait Suci dan Dia memanggil orang yang berpakaian lenan dan yang mempunyai alat penulis di sisinya. Firman TUHAN kepadanya: "Berjalanlah dari tengah-tengah kota, yaitu Yerusalem dan tulislah huruf T pada dahi orang-orang yang berkeluh kesah karena segala perbuatan-perbuatan keji yang dilakukan di sana." Dan kepada yang lain-lain aku mendengar Dia berfirman: "Ikutilah dia dari belakang melalui kota itu dan pukullah sampai mati! Janganlah merasa sayang dan jangan kenal belas kasihan. Orang-orang tua, teruna-teruna dan dara-dara, anak-anak kecil dan perempuan-perempuan, bunuh dan musnahkan! Tetapi semua orang yang ditandai dengan huruf T itu, jangan singgung! Dan mulailah dari tempat kudus-Ku!" Lalu mereka mulai dengan tua-tua yang berada di hadapan Bait Suci. Kemudian firman-Nya kepada mereka: "Najiskanlah Bait Suci itu dan penuhilah pelataran-pelatarannya dengan orang-orang yang terbunuh. Pergilah!" Mereka pergi ke luar dan memukuli orang-orang sampai mati di dalam kota. Lalu kemuliaan TUHAN pergi dari ambang pintu Bait Suci dan hinggap di atas kerub-kerub. Dan kerub-kerub itu mengangkat sayap mereka, dan waktu mereka pergi, aku lihat, mereka naik dari tanah dan roda-rodanya bersama-sama dengan mereka. Lalu mereka berhenti dekat pintu gerbang rumah TUHAN yang di sebelah timur, sedang kemuliaan Allah Israel berada di atas mereka. Itulah makhluk-makhluk hidup yang dahulu kulihat di bawah Allah Israel di tepi sungai Kebar. Dan aku mengerti, bahwa mereka adalah kerub-kerub. Masing-masing mempunyai empat muka dan bagi masing-masing ada empat sayap dan di bawah sayap mereka ada yang berbentuk tangan manusia. Kelihatannya muka mereka adalah serupa dengan muka yang kulihat di tepi sungai Kebar. Masing-masing berjalan lurus ke mukanya.

Injil : Mat. 15-20
"Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali. Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan. Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga. Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga. Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka."

Renungan:
Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.  Firman Tuhan itu didahului dengan ajakan Yesus untuk menegur saudara kita yang berbuat dosa. Pertama kali dilakukan dalam empat mata. Kalau masih membandel dengan saksi. Dan terakhir di hadapkan pada seluruh jemaat. 
Secara tidak sadar, kita sangat sering emoh untuk menerima teguran/masukan/kritik dari saudara kita. Demikian juga sebaliknya, kita mungkin jarang memberikan teguran pada saudara yang berbuat dosa atau kesalahan, entah karena takut merusak relasi, karena takut diperlakukan tidak baik, takut dianggap sok suci dan sebagainya. Kalaupun kita memberikan kritikan/teguran, sering sekali kita tidak dengan tulus, entah karena ingin menutupi kelemahan diri sendiri, atau ingin memojokkan teman yang berbuat keliru itu.  Bahkan ada pula yang lebih suka menggerundel di belakang, menggosip dan membicarakan keburukan orang lain di belakangnya. Sebagai saudara seiman, kita tahu bahwa relasi seperti ini adalah relasi yang tidak sehat dan tidak dewasa.
Ajakan memberikan teguran itu tidak berhenti di situ, melaikan diteruskan dengan kata-kata "di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, Aku ada di tengah-tengah mereka. Artinya, mestinya relasi yang sehat dan dewasa di antara orang-orang sesaudara ini dibangun berdasarkan relasi kita dengan Yesus. Kalau kita menegur, mestinya menegur dalam nama Yesus,  bukan supaya aku kelihatan lebih baik dan orang lain lebih terpojok. 
Supaya seseorang dapat menjadi sedewasa ini, perlu banyak latihan, yaitu latihan mengenali suasana dan rasa dalam nama Yesus. Latihan itu tak lain semakin menyadari seberapa dalam relasiku dengan Yesus. Yesus pun menegur kita melalui berbagai macam cara. Yesus pun mengingatkan kita supaya hidup kita benar di hadapan Tuhan. Maka, relasi di antara orang-orang sesaudara dan seiman yang sehat dan dewasa, dibangun dari relasi kita dengan Yesus. Dengan demikian, teguran dan sapaan kita dilakukan hanya dalam nama Yesus semata-mata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar